Laman

Selasa, 28 Desember 2010

Imajinasi Mesin dan Perubahan Zaman


 Bandung Mawardi


Zaman bergerak dan mesin mengubah dunia. Sejarah kemodernan di Barat merupakan perayaan teknologi, pemujaan mesin, dan penciptaan nilai-nilai kebaruan. Mesin diakui sebagai manifestasi dari pencanggihan hidup mengacu pada kerja nalar dan kematangan olah imajinasi tentang masa depan manusia. Pelbagai penemuan teknologi dan operasionalisasi mesin adalah penanda dari gairah mengubah nasib manusia. Mesin tampil sebagai aplikasi teknik dan perantaraan manusia untuk melakukan pelbagai agenda hidup.
Kisah mesin dan perubahan zaman ini bisa kita acukan pada sosok Leonardo da Vinci (1452-1519). Seniman dan ahli teknologi ini memiliki biografi unik dalam ikhtiar menanggapi zaman dan meramalkan masa depan umat manusia. Pelbagai rancangan mesin digarap oleh Leonardo da Vinci kendati kerap tidak dirampungkan. Ide-ide itu jadi inspirasi untuk perubahan. Sketsa dan miniatur dari penemuan mesin jadi warisan tak selesai. Publik dunia menerima itu sebagai antusiasme Leanardo da Vinci mengalami zaman mesin dan meramalkan perubahan masa depan.
Penemuan mesin-mesin memang membuat Barat bergairah menapaki hidup dengan keajaiban-keajaiban. Si Leonardo da Vinci sekadar mengingatkan bahwa puja mesin bakal mengakibatkan kerusakan dan kematian. Simaklah catatan puitis dari Leonardo da Vinci ini: “Benda-benda buatan manusia akan menyebabkan kematian mereka.” Mesin untuk memudahkan dan mengentengkan manusia kadang menempati posisi strategis sehingga manusia bergantung pada mesin dalam menjalani hidup. Risiko dari pengabaian eksistensi diri dan penyimpangan dalam fungsionalisasi mesin bakal menghantam balik manusia sebagai pengguna.
Mesin memerlukan imajinasi agar perubahan zaman dan ramalan atas masa depan tidak mutlak rasionalistik. Kepekaan estetis ini tumbuh dalam diri para penyair dan pengarang sebagai bentuk tanggapan zaman. Mesin adalah berkah dan petaka. Pujangga Baudelaire pada 1851 pernah menulis: “Dunia ini akan segera berakhir... Mesin-mesin telah begitu meng-Amerika-kan kita dan kemajuan akan begitu lengkap dan menghentikan pertumbuhan spiritual kita untuk menjadi sia-sia.” Mesin menentukan pengejawantahan ideologi modernisasi dalam proyek peradaban manusia. Konsekuensi kemajuan kerap diikuti dengan dekandensi. Kultur bena (material) dalam dominasi mesin jadi sebab dari kerapuhan dan kehampaan spiritualitas, estetika, dan etika. Peringatan dari Baudelaire itu sekarang terbuktikan dalam kebergantungan manusia terhadap mesin. Candu mesin justru merontokkan martabat dan harga diri manusia karena ketidaksanggupan mengoperasionalisasikan tubuh sebagai kodrat.
Kebersejarahan antara mesin dan kerja sastra disajikan oleh Octavio Paz dalam The Other Voice. Para pujangga agung pada masa lalu tercatat pernah menuliskan puisi-puisi puja mesin sebagai bentuk gairah menapaki zaman kemajuan. Walth Witman pernah menulis puisi persembahan pada sebuah lokomotif. Puisi ini mempengaruhi warga Amerika dan Eropa untuk memakai sarana transportasi kereta api. Valery Larbaud pernah menulis puisi persembahan untuk kereta api bagi kaum miliuner bernama The Orient Express. Kaum Futuris membuat puisi-nyanyian untuk memuja otomobil, kapal terbang, kapal selam, dan kendaraan-kendaraan modern.
Sejarah intimitas mesin dengan sastra di Eropa dan Amerika seolah memberi klaim-klaim tentang kebermaknaan mesin dan manusia kencaduan mesib. Kondisi berbeda justru dialami di Jawa saat industrialisasi dan kapitalisme diusung oleh pemerintah kolonial Belanda dan para pengusaha Eropa. pujangga Ranggawarsito menganggap peradaban mesin bakal jadi petaka. Pandangan sinis dan kritis ini jadi alasan kemunculan zaman edan pada abad XIX di Jawa. Ranggawarsita membaca perubahan di Vorsten Landen mengacu pada ramalan Jayabaya: Mbesuk yen ana kreta lumaku tanpa turangga, tanah Jawa kalungan wesi, perahu lumaku ing ndhuwur awang-awang, kali gedhe ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange, hiya iku pertandhane tekane zaman, kababare jangka Jayabaya wus amrepeki (Kelak bila ada kereta tanpa kuda, tanah Jawa berkalung besi, perahu berjalan di angkasa, sungai besar hilang lubuk, pasar kehilangan gaung, itulah tanda tiba zaman saat ramalan Jayabaya mendekati kenyataan). 
Mesin menimbulkan keajaiban dan menguak aib kegagalan manusia dalam memaknai diri. Populasi mesin terus meningkat dan manusia mengundurkan diri untuk melakukan sesuatu dengan mesin. Pemahaman tubuh, nalar, dan imajinasi tereduksi oleh kemampuan mesin kendati membuat manusia terdikte dan terkuasai. Catatan-catatan dari para pujangga untuk memuja dan mengritisi peradaban mesin bisa jadi acuan untuk merefleksikan ulang hubungan manusia dengan mesin. Peradaban mesin telah membuat jalanan macet, polusi melimpah, limbah meracuni manusia, dan manusia mencacatkan tubuh karena malas menggerakan diri. Tanggapan kritis penting diajukan untuk mengondisikan diri tetap sebagai manusia bermartabat dan sadar dengan kebermaknaan hidup. Begitu.  


Suara Merdeka (29 November 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar