Judul: Sastra
Bergelimang Makna
Penulis: Bandung
Mawardi
Penerbit: Jagat
Abjad, Solo
Cetakan: April,
2010
Tebal: 176
halaman
Seringkali kritik sastra tak pernah berkutat pada hal
sepele. Tapi, Bandung Mawardi menjawab tantangan untuk berlari jauh-jauh ke
dalam imaji karya itu dengan atau tanpa melalui pembatasan. Kritik sastra yang
dibicarakan dalam buku kumpulan esai menawan yang berceloteh ria tentang segala
makna, baik empirikal maupun referensial, telah ada di depan mata. Senjata
kritiknya tentulah dimulai dari perjalanan sosio kultural, religi, modernitas,
sakralitas, feminisme, serta hal-hal yang berbau menyengat dalam bidang
humaniora.
Karya sastra dibaca untuk merefleksi diri,
pembelajaran, dan permenungan. Karya sastra dilihat dari kacamata yang luas,
bukan hanya cerminan nalar dan rasio, tapi juga yang bermain-main di bawah
sadar. Karya sastra diajukan dalam bentuk yang berbeda dan disebulkan ruh baru
ke dalamnya. Bukan melalui keomongkosongan, melainkan rujukan atas makna
denotasi dan konotasi yang disajikan penyair atau sastrawan. Buku kumpulan esai
ini diwarnai ketegangan pemikiran dan hasil hipotesa pembacaan karya yang
mumpuni. Analisa atas kinerja yang luar biasa untuk menghubungkan berjuta
penyair dalam satu benang merah yang pada akhirnya membentuk sebuah pola, yakni
negasi dan kritik maupun otokritik.
Dari awal hingga paripurna, bahasannya melulu mengenai
tematik perpetaan karya sastra yang ditarik ke dalam beberapa kesimpulan yang
ringkas, tapi tetap mengena dan tidak membosankan, walau banyak repetisi kata
yang seharusnya bisa disubstitusi dengan kata-kata segar lainnya. Setiap
tulisan diberikan pengantar yang ditujukan agar
membantu pembaca meraba pola pikir sang penulis untuk tetap
mengartikulasi teks demi teks, hingga keterpahaman makna itu saling bertautan
dengan intimidasi sikap pribadi dalam memandang, berpikir dan mengonsumsi
permasalahan.
Pola yang digunakan Bandung Mawardi tentu saja dapat
terbaca, referensial dan konsideratif, sebagai pelengkap serta acuan memperoleh
aneka ragam teori serta keterbahasaan yang tebal dan komunikatif. Bahasa khas
seorang penulis di media. Konten alusif yang padat dan ceceran sugesti seolah
mengonfirmasi intimitas Bandung Mawardi terhadap karya sastra. Warna-warni
pemaknaan pun memberikan penjelasan konkrit akan afeksasinya terhadap karya
sastra yang terpilih.
Syarikat rumah dalam jagat perpuisian Indonesia modern
yang membuka kumpulan esai ini memberikan penerjemahan mendalam terhadap
identifikasi strata dan struktur sosio kultural dan dilengkapi dengan proses
kreatif kepengarangan terhadap rumah. Rumah adalah pelindung puisi dari hujan
dan panas. Rumah adalah deklarasi eksistensialis para penyair. Rumah adalah
sumber. Rumah adalah ruang yang melatari jalannya kinerja puisi hingga
terlahir. Rumah adalah juga tempat dimana penyair itu memuntahkan ide-idenya
dalam karya sastra. Esai “Rumah, Penyair, Puisi” ini diramu dengan cakupan
nalar yang membentang untuk memperbudak kritik terhadap modernitas dan
perumahan kota. Esai ini juga diberikan penutup yang menggelitik para penyair
untuk mencantumkan alamat rumah puisi agar jelas identitas dan eksistensinya.
Pentingkah?
Esai lainnya yang cukup menarik adalah esai “Humor
Politis dan Humor Tragis.” Entah
puisi-puisi ini mewakili bahan tertawaan bagi seluruh manusia atau tidak, yang
jelas humor dalam puisi-puisi yang dicomot Bandung Mawardi menjadi bekal
satirikalnya mengenai beberapa penyair yang saling berdebat untuk
memperjuangkan idealisme masing-masing. Bandung Mawardi sekali lagi membuat
gebrakan dengan membaca para penyair-penyair miring yang terlalu percaya diri.
Mengikuti alur pikirnya dan membuat standpoint untuknya sendiri. Dengan
kencang ia berteriak pada Joko Pinurbo untuk tidak pelit kata. Hal ini
kemungkinan akan membuat bulu kuduk Jokpin meremang. Merasa tertantang dan
tergugat.
Esai selanjutnya, adalah esai yang tak kalah apik,
mengenai transformasi diri perempuan oleh Oka Rusmini. Esai berjudul “Biografi
(Tubuh) Perempuan: Puisi Mengisahkan Ibu” ini telah menguak betapa Bandung Mawardi
ternyata mengagumi Oka, seolah memberi asersi yang subversif mengenai tubuh
perempuan, dengan jalinan teori feminisme yang sampai sekarang menjadi momok
bagi manusia patriarki. Esai ini mengungkap masokisme anak terhadap ibu, juga
melanggengkan upaya Oka untuk meneriakkan testimoni diri. Ada juga upaya pelik
yang tak canggung mengabaikan realitas. Kemudian mencari-cari sisi dramatisasi
lain dalam karya itu. Bandung Mawardi menawarkan konstruksi perempuan lain yang
Oka perbincangkan. Ia meneriaki Oka yang seorang ibu dari anak yang bernama
Pasha dengan detil dan tidak tergesa-gesa.
Sepertinya, adalah halal bagi esais untuk mencomot
sana sini karya yang dianggapnya relevan untuk mencapai afirmasi integritas
diri. Esai lainnya, yaitu “Novel Bergelimang Makna”, “Putri Cina: Tanah, Wajah,
Darah”, “Risalah Religiositas: Penghiburan dan Pengharapan”, “Puisi Ibu: Pokok
dan Tokoh”, tentu saja masih mengenai pembacaan
komprehensif karya sastra yang kompleks dan menggugah manusia sastra untuk
menggumamkan makna sastra. Semua esainya dirangkum dalam penutup yang berisi
pepujian dan kritik pahit. Barangkali seperti lirik lagu, Bandung Mawardi
memberikan ruh baru dengan nada-nada dan irama yang pas. Untuk itu, penyair dan
sastrawan hendaknya menghaturkan terimakasih atas kecerewetan Bandung Mawardi dalam pembacaannya.
Mungkin terlalu cepat menutup tulisan ini, mengingat
esai yang termuat sungguh kaya akan pemenuhan ilmu kritik sastra. Hal terakhir
yang dapat disampaikan adalah keberanian penerbitan buku Sastra Bergelimang
Makna, yang telanjang dari kata pengantar dan kumpulan komentar di sampul
dan isi buku. Sepertinya, Bandung Mawardi merasa percaya diri untuk bersuara.
Cara ini pantas diapresiasai, sebab penerbitan buku-buku sastra sekarang sering
dipenuhi oleh komentar-komentar tidak jelas, meskipun dari tokoh-tokoh terlena,
apalagi kata pengantar yang seolah digunakan untuk klaim-klaim yang berlebihan
pada si penulis. Selamat membaca buku ini dan memberi kritik atas kritik.
nambah wawasan, trims bisa mbaca ulasan ini, salam kenal (ijin gabung google fren)
BalasHapus